Kamis, 25 Februari 2010

Kritikan buat sang jawara telekomunikasi (Telkom Tbk)

“Hingga kini Telkom masih menguasai pangsa pasar industry telekomunikasi Indonesia. Namun tak mau terlena, Telkom pun melakukan perubahan arah bisnis besar-besaran memasuki era new wave dengan mengubah arah bisnisnya dari bisnis infocom menjadi : Telecomincation, Information, Multimedia dan Edutainment (TIME)
Telkom selama 9 bulan pertama 2009 membukukan pendapatan usaha senilai Rp. 47,11 triliun dengan EBITDA Rp. 28,13 triliun. Jumlah pelanggan Telkom : 8,7 juta fixed line, 14,9 juta fixed wireless acces dan 79,8 juta seluler.
Sementara itu Singtel mencatat pendapatan usaha S$ 4,103 miliar diperiode yang samadengan EBITA S$1,149 juta dan 280,3 juta pelanggan.”
(SWA, No. 02/XXVI/21)

Dari data diatas, berbagai pertanyaan berkecamuk didalam kepala saya. Apa sih sebenarnya yang salah dengan perusahaan nomor wahid dinegeri ini sehingga bisa dikalahkan oleh perusahaan dari singapura (yang kita ketahui bahwa luas wilayahnya saja hanya seluas sebuah kota di Indonesia, sedangkan ada beratus-ratus kota kecil di Indonesia)

Mungkin Telkom perlu belajar banyak dari industry Telekomunikasi di Negara Singa. Tidak hanya itu mungkin sang CEO kita ini (Rinaldi Firmansyah) juga perlu menuntut ilmu secara langsung kepada CEO Intel terdahulu (Paul Ottellini) yang melakukan perubahan besar terhadap perusahaan Intel.
Mengapa saya berpendapat seperti itu?
Seperti yang kita ketahui saat ini Telkom sudah berumur 132 tahun, bandingkan saja dengan Singtel. Negara ini saja baru merdeka dalam setengah abad ini tapi mengapa perusahaan telekomunikasinya bisa sebesar itu sehingga bisa masuk dalam jajaran perusahaan yang msuk dalam daftar Fortune 500. Saat ini kita sudah jauh ketinggalan dari Negara tetangga, padahal dulunya mereka juga banyak belajar dari Negara kita.

Sebagai orang awam, saya melihat banyak kesalahan yang dilakukan oleh perusahaan telekomunikasi milik Negara ini. Pertama, system monopoli yang dilakukan oleh perusahaan ini membuat Telkom tidak memiliki inovasi dan saat ini Telkom seperti kelabakan menghadapi persaingan dengan perusahaaan telekomunikasi swasta yang ada. Untunganya saja perusaahaan ini masih dimiliki oleh Negara sehingga walaupun monopoli sudah tidak diberlakukan lagi tetapi pengawasan ketat yang dilakukan oleh pemerintah masih melindungi Telkom untuk lebih berkembang lagi. Kedua, jumlah karyawan yang sedemikian banyak membuat perusahaan ini tidak efektif lagi padahal seharusnya jumlah karyawan tsb harus dirampingkan lagi jika ingin lebih berkembang. Tetapi nyatanya, dengan dalih melindungi karyawan dari pengangguran, Telkom tidak berani mengambil keputusan untuk melakukan PHK terhadap karyawan yang sebgian besar membuat Telkom tidak efisien. Ketiga, dalam perekrutan karyawan baru Telkom hanya mengandalkan sisa-sisa sarjana dari beberapa institusi ternama dinegeri ini. Lulusan-lusan terbaik kebanyakan sudah dicaplok oleh perusahaan terkemuka lainnya. Padahal jika saja Telkom memiliki sebuah unit usaha head Hunter mungkin Telkom saat ini bisa melakuka suatu inovasi luar biasa yang bisa memajukan perusahaan ini dikarenakan memiliki SDM yang handal. Keempat, Telkom hanya melihat peluang dari luar saja padahal dalam negeri ini masih banyak peluang yang sebenarnya bisa digarap oleh Telkom untuk memperbesar pendapatan mereka. Misalkan saja daerah-daerah yang sekarang sudah berkembang tetapi Telkom masih saja menganggap hal itu terlalu beresiko karena biaya yang terlalu besar untuk menggarapnya. Padahal jika saja ceruk pasar ini bisa dimanfaatkan oleh Telkom, sangat besar peluang Telkom utnuk menjadi sebuah perusahaan yang masuk dalam daftar perusahaan fortune 500. Pada saat perusahaan lain menganggap ceruk pasar ini menguntungkan, Telkom menganggap ini merugikan dan terlalu beresiko.
Oleh karenanya, sudah saatnya Telkom belajar dari kesalahan masa lalu jika ingin memperbaiki diri sehingga kedepannya perusahaan ini bisa mengharumkan nama bangsa ini dimata dunia.

Memasarkan pariwisata daerah

Ketika sedang melapaskan rasa lelah dengan tugas dan berbagai aktivitas yang padat, pada saat senggang dimalam hari saya sering menyempatkan diri untuk menonton FTV di SCTV. Mungkin saya terlalu banyak bermimpi dan iri ketika melihat para pemainyya yang berperan sebagai seorang Eksekutif Muda dan memiliki banyak penggemar wanita disampingnya. Tapi ya sudahlah. Semoga saja suatu saat impian itu tercapai!!! Amin…
Namun, jikalau kita melihat dengan seksama sinetron tersebut, akhir-akhir ini begitu banyak promosi marketing yang dilakukan oleh pemerintah-pemerintah daerah yang sedang memasarkan daerahnya agar menarik pemirsanya untuk datang dan berkunjung kedaerahnya. Para pejabat didaerah tersebut rela menggelontorkan dana yang besar agar syuting sinetron tersebut dilakukan didaerahnya. Mungkin Para pejabat tersebut belajar dari pengalaman pemerintah daerah provinsi Bangka Belitung yang mana, saat ini jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bangka Belitung mengalami peningkatan yang sangat pesat sejak Film Laskar Pelangi laku di Pasaran.

Namun disisi marketing, saya menilai bahwa sebagian marketing yang dilakukan oleh pejabat pemerintah tersebut tidak berhasil untuk mencapai target yag ingin dicapai. Mereka hanya menghabiskan uang yang sia-sia (Lebih baik dana tersebut mereka gunakan untuk membantu sektor UKM didaerahnya). Disisi lain, sebagian marketing yang dilakukan oleh pemerintah daerah lain lumayan berhasil walaupun hal tersebut tidak membawa dampak yang besar bagi kemajuan industri pariwiwisatanya, tapi lumayanalah (paling gak uangnya tidak sia-sia)

Lalu apa yang salah sih dengan kegiatan marketing pemerintah daerah yang tidak berjalan efektif tersebut??
Menurut pandangan saya, tidak ada keunikan tersendiri dalam kegiatan marketing tersebut. Salah satu contohnya adalah kota bau-bau. Dalam salah satu film tersebut diceritakan bahwa ada mitos jika datang ke salah satu pantainya dengan berduaan(bersama pasangannya) maka cintanya akan abadi (Mitos yang sama sepereti Situ Patengan dibandung). Dalam buku marketing pun, disebutkan bahwa dalam kegiatan marketing kita harus melakukan Diferentiation (Hal yang berbeda dengan pesaingnya). Oleh karena itu, jika kita ingin sukses memasarkan daerah agar menarik untuk dikunjungi maka ada hal yang harus dibedakan dengan daerah lain yang sudah dulu menjadi daerah wisata. Orangpun akan lebih memilih mengunjungi tempat wisata yang sudah dikenal serta lebih dekat dengan tempat tinggalnya. Ngapain juga repot-repot pergi jauh-jauh hanya untuk menikmati wisata yang biasan lagian juga tempat tersebut tidak ada daya tariknya sama sekali.. Mendingan juga mereka mengunjungi daerah terdekat ataupun daerah yang sudah terkenal memiliki objek wisata yang bagus.
Oleh karenanya, saran saya kepada pemerintah daerah yang sekarang lagi gencar-gencarnya melakukan promosi untuk menarik wisatawan berkunjung kedaerahnya, maka kita harus menciptakan sebuah diferensisasi. Misalkan saja dengan menciptakan sebuah mitos yang membuat orang tertantang untuk mengunjunginya atau ada hal yang ditonjolkan oleh daerah tersebut dan tidak dimilki oleh daerah lainnya sehingga membuat orang tertarik untuk mengunjunginya paling tidak, ketika mereka melewati daerah tersebut mereka bisa mampir sejenak untuk melihat atau pun berjalan-jalan dikota tsb. Namun, alangkah lebih baiknya jika pemerintah daerah setempat juga memperbaiki atau membenahi daerahnya. Kalau saja suatu saat daerah tsb ramai dikunjungi, warga setempat juga sudah siap untuk menajmu para wisatawan. Misalkan saja sebuah pasar khusus yang melayani souvenir ataupun oleh-oleh khas daerah nya.
dan yang terakhir, promosi yang efektif utnuk memasarkan suatu daerah menurut pandangan saya adalah dengan melakukan kerjasama dengan industry transportasi yang ada diwilayah tsb misalkan saja membuat sebuah iklan berjalan yang dilakukan dengan memasang foto objek menarik suatu daerah di mobil yang daerah operasionalnya adalah antar provinsi. Hal ini mungkin cukup efektif seperti yang dilakuka oleh Cipaganti tour dan travel untuk memasarkan objek wisata yang ada dikota bandung dan sekitarnya.